NYONTEK = MALING

Budaya nyontek banyak dilakukan oleh pelajar/mahasiswa, ini merupakan kebisaaan buruk yang seharusnya kita jauhi. Tapi susah untuk meninggalkan kebisaaan ini, sama susahnya dengan menjawab ulangan atau ujian tanpa nyontek he .. he …

TO (Try Out), ulangan harian, ulangan semester bahkan ujian akhir pernah kita jalani, dan berbagai cara untuk mendapatkan jawaban pun kita lakukan (Kita…..???, Lu aja kali gw nggak), dari yang termudah hingga tercanggih. Mulai dari bertanya pada teman, tukar lembar jawaban, melihat catatan kecil yang sudah disiapkan, hingga menggunakan alat komunikasi yaitu handphone, tukar sms saling bertukar jawaban.

Bagi yang melakukan hal itu mungkin mereka tidak percaya pada diri sendiri, padahal jawaban yang didapat belum tentu benar, betulkan? Anda juga pasti pernah menyontek bukan? Dari bertanya pada teman sampai melihat catatan kecil ah … betapa kita bangga dengan kebisaaan seperti itu meskipun kata guru kebisaaan itu tidak ada bedanya dengan mencuri atau korupsi. Iii………. iiihhhhh serrem. Mari kita introspeksi sahabat!!! Apakah benar apa yang dikatakan guru itu? Kalau benar mengapa kita suka menyalahkan orang lain sementara kita juga doyan melakukan berbagai kesalahan???

Sebagian pelajar/mahasiswa barangkali beranggapan bahwa nyontek adalah jalan pintas untuk mendapatkan nilai yang pantas, tentu saja ujung-ujungnya agar naik kelas atau lulus ujian. Oh negeriku kapan engkau memiliki generasi yang penuh percaya diri, generasi yang berprestasi tanpa dikotori oleh kebisaaan mencuri dan korupsi informasi? Negeriku kami sadar itu salah, tapi sulit untuk menghindari. Jangan-jangan kebisaaan ini adalah warisan yang diturunkan dari generasi sebelum kami karena kini banyak yang dapat dijadikan bukti. Semua berdalih kerja untuk mengabdi pada ibu pertiwi tak tahunya korupsi, korupsi dan korupsi untuk memperkaya diri.

Negeriku… ! apakah engkau tahu mengapa nyontek menjadi budaya diantara kami? Salah satu jawabnya adalah karena kami ingin menyenangkan semua pengelola negeri ini, sebagai contoh mereka tentukan batas minimal kelulusan sementara kemampuan untuk menggapainya sangat sulit, memang betul bila dibandingkan dengan Negara lain kita jauh tertinggal, tapi kalau mau membenahi ya jangan cuma kami sebagai pelajar yang jadi titik perhatian tapi semua, semua yang merasa jadi warga negeri ini harus sadar diri untuk tidak selalu membudayakan kesalahan dan kemunafikan.

Bagi yang suka nyontek, sadarlah jangan biasakan mengejar nilai tanpa memperdulikan rasa takut, rasa malu dan dosa. Padahal dengan menyontek sama dengan membohongi diri sendiri, walaupun mendapat nilai yang baik tetapi pengetahuannya tetap kurang. Bukankah tujuan dalam proses belajar mengajar adalah untuk mencerdaskan bangsa, kalau generasinya selalu menyontek berarti tujuan sulit untuk dicapai, Budaya nyontek bisa membuat pelajar menjadi malas/bodoh dan berprilaku tidak jujur. Dengan demikian kalau generasi penerus sudah tidak jujur akan menghasilkan pemimpin yang tidak jujur pula.

Untuk menghasilkan generasi penerus yang pandai dan jujur, budaya maling (nyontek) ini harus dihilangkan. Dengan belajar dan banyak membaca buku-buku pengetahuan, guru juga tentu saja harus meningkatkan profesionalitasnya sehingga dapat menyampaikan pelajaran dengan baik. Agar para siswa didalam melaksanakan ujian tidak menyontek, satu ruang ujian berisi 10 orang murid dengan pengawas dua orang, satu didepan dan satu orang dibelakang. Dengan demikian para siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh, dan menghasilkan generasi penerus yang pandai dan jujur. Sehingga tujuan dari pembukaan undang-undang alinea ke-4 untuk mencerdaskan bangsa akan tercapai. Semoga ... (Wida 9-H)

Category: 0 komentar

0 komentar: